Minggu, 22 Agustus 2010

Menjadi Pemimpin yang Besar?

Oleh : Achmad Rozi El Eroy
(Ketua Umum PP Kader Muda Banten)


Pendahuluan

Kepemimpinan adalah mengkomunikasikan nilai dan potensi orang secara jelas, sehingga mereka dapat melihat hal itu dalam diri mereka. Perhatian utama yaitu pada kata-kata nilai dan potensi. Orang harus punya perasaan bahwa diri mereka bernilai/berharga, bahwa nilai tersebut merupakan hal yang tak terpisahkan dari mereka, yang sama sekali tidak ada hubungan dengan hasil perbandingan antara diri mereka dengan orang lain, dan mereka berhak mendapat kasih sayang tanpa syarat, tanpa memandang perilaku dan kinerja mereka. Saat kita mengkomunikasikan potensi orang dan membuat mereka merasa berharga secara ekstrinstik (misalnya, dengan membandingkan diri dengan orang lain di bawah mereka) adalah dasar yang buruk, dan potensi mereka tidak akan pernah bisa optimal.
Menurut Bambang Arip (2009) dalam mengembangkan karakter kepemimpinan besar (the great leader) ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh seorang pemimpin, yaitu: pengembangan secara berurutan; memiliki pribadi yang utuh; memiliki prinsip yang abadi dan universal; kepemimpinan yang berkepribadian; dan melakukan peran kepemimpinan secara totalitas.

Pengembangan secara berurutan

Seseorang yang ingin menjadi pemimpin besar, secara totalitas harus memiliki komitmen untuk pengembangan secara berurutan yaitu perlunya pengembangan dan integrasi pribadi sebelum kepercayaan pada tingkat hubungan bisa dibangun, dan menekankan bahwa kedua hal ini diperlukan sebelum kita bisa membangun organisasi yang efektif dan mampu bertahan, termasuk keluarga anda bisa mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi kita tidak bisa memimpin orang lain tanpa mencintai mereka. Pernyataan ini dapat melukiskan bahwa seorang pemimpin harus bisa berhubungan secara baik dengan orang lain, dengan cara mencintai mereka.
Seorang pemimpin tidak bisa hanya menunjukkan prestasi kerja saja. Seorang pemimpin harus mempunyai rasa cinta pada yang dipimpin, kalau tidak akibatnya orang yang dipimpin tidak akan mendukung anda, karena mereka tidak menyukai anda. Pemimpin yang dicintai yaitu pemimpin yang adil dan bijaksana, yang dipimpin akan merasa senang berada di dekatnya dan akan mengikuti karena merasa perhatian, kasih sayang dan kejujurannya.

Pribadi yang utuh.
Seorang pemimpin yang mempunyai integritas yang tinggi adalah orang-orang yang dengan penuh keberanian dan berusaha tanpa kenal putus asa untuk dapat mencapai apa yang dia cita-citakan. Cita-cita yang dimilikinya itu mampu mendorong dirinya untuk tetap konsisten dengan langkahnya. Integritas akan membuat anda dipercaya, dan kepercayaan ini akan menciptakan pengikut. Dan kemudian terciptalah sebuah kelompok yang memiliki kesamaan tujuan. Integritas ini adalah menjunjung tinggi kejujuran dan tanggung jawab serta memberikan keteladanan. Integritas tidak pernah berbohong dan intregritas adalah kesesuaian antara kata-kata dan perbuatan yang menghasilkan kepercayaan. Menjadi seorang pemimpin dibutuhkan suatu keberanian dan pengorbanan untuk mampu menegakkan kebenaran dan menciptakan suatu perubahan.
Apabila semakin Anda pelajari dan dalam kepribadiannya, ajaran dan nasihatnya, maka terasa semua begitu alami dan menjunjung tinggi harkat manusia. jika kita melatih kebebasan kita untuk memilih, dan menerapkannya untuk menimba pengetahuan, mempelajari keahlian dan karakter yang berkaitan dengan kepemimpinan (visi, disiplin, gairah dan kesadaran) kita akan belajar menjadi pemimpin yang akan diikuti dengan senang hati oleh orang lain. Pada akhirnya tim dengan kepemimpinan yang baik adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di mana kekuatan masing-masing orang dibuat menjadi produktif dan kelemahan mereka dibuat menjadi tidak berpengaruh karena ditutup oleh kekuatan orang lain.


Memiliki prinsip yang abadi dan universal.
Seorang pemimpin yang berhasil bukanlah karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. Seorang pemimpin bisa dikatakan gagal apabila tidak berhasil memiliki penerus. Pada tahap inilah puncak loyalitas dari pengikutnya akan terbentuk. Tahap pertama akan menghasilkan pemimpin yang dicintai; tahap kedua akan menghasilkan pemimpin yang dipercaya karena integritasnya; dan pada tahap ketiga ini ialah pemimpin yang pembimbing karena telah tercipta loyalitas, kader-kader penerus dan sekaligus meraih kesetiaan dari para pengikutnya.
Syarat yang harus dimiliki untuk mengembangkan orang lain, di samping sudah melewati tahap pertama yaitu memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, dan tahap kedua yaitu memiliki integritas, komitmen, dan konsistensi, maka yang terpenting adalah harus memiliki kejernihan hati. Kalau Anda jadi seorang pemimpin harus merdeka terlebih dahulu dari berbagai pikiran yang membelenggu. Jika tidak, Anda dan pengikut anda akan menjadi golongan orang yang memiliki pemikiran namun tidak sesuai dengan fitrah, dan akan berakhir dengan kesesatan. Anda harus sudah merdeka dan terbebas dari prinsip-prinsip yang keliru, pengalaman-pengalaman yang membelenggu, sudut pandang yang subyektif, pembanding yang tidak obyektif, mengetahui prioritas, dan terbebas dari prasangka negatif. Ini semua adalah syarat yang mutlak, jika tidak ingin terjerumus ke dalam pemikiran yang salah.
Pemimpin pada tahap pembimbing ini harus sudah memiliki prinsip yang kuat dan benar, yaitu hanya berpegang kepada Tuhan. Apabila ilmu kepemimpinan ini dipergunakan untuk mempengaruhi orang lain tetapi dia memiliki cara berpikir yang salah, akibatnya akan menimbulkan kerusakan yang besar dan luar biasa di tengah masyarakat. Sudah banyak terbukti bahwa seorang pemimpin bisa menyesatkan jutaan orang dengan pengaruh dan cara berpikir yang salah bila berada di tengah masyarakat yang masih labil dan tidak memiliki prinsip yang benar. Karena Anda bertanggung jawab terhadap pengaruh yang anda ciptakan baik secara langsung atau tidak langsung, secara disadari atau tanpa disadari.

Kepemimpinan yang berkepribadian,
Yaitu melalui proses pengembangan yang berpusat pada prinsip bisa menjadi sebuah pilihan (kewenangan moral) dan bukan menjadi sekadar sebuah posisi (kewenangan formal), dan bahwa kunci dalam era baru pekerja pengetahuan ini adalah untuk bekerja dengan pola pikiran membebaskan, bukan mengendalikan; dengan pola pikir transformasi, bukan sekadar transaksi. Ketika membaca tulisan tentang kehidupan ‘orang-orang besar’ yang mendefinisikan sebuah kesuksesan sebagai keberhasilan yang mereka rebut atas usaha diri mereka sendiri. Harry S. Truman beliau mantan Presiden Amerika mengatakan bahwa, disiplin pribadi mereka semua datang terlebih dahulu.
Pemimpin tidak akan berhasil memimpin orang lain apabila dia belum berhasil memimpin dirinya sendiri. Pemimpin harus sudah pernah menjelajahi dirinya sendiri dan mengenali secara mendalam siapa dirinya. Sebelum dia memimpin ke luar, dia harus memimpin ke dalam. Pekerjaan inilah yang sebenarnya paling berat, memimpin diri sendiri melawan hawa nafsu, adalah sebuah disiplin diri. Disiplin diri ini adalah bagaimana mencapai apa yang sungguh-sungguh diharapkan dengan tidak melakukan hal-hal yang diinginkan. Musuh yang paling berat sebenarnya adalah diri sendiri, dan seorang pemimpin harus mengenali siapa lawan dan siapa kawan di dalam dirinya. Tanpa pengetahuan tentang hal ini maka dia akan menjadi budak dari pemikiran yang diciptakannya sendiri.

Melakukan peran Kepemimpinan
Saat ini memang ada pemimpin yang dicintai karena adil dan bijaksana, pemimpin dipercayai karena integritas yang tinggi, pemimpin pembimbing yang baik karena loyalitas dan prinsip yang kuat dan benar, serta pemimpin yang berkepribadian mulia, tetapi umumnya pengaruhnya berhenti pada satu masa saja, apabila terbukti atau dirasakan tidak sesuai lagi dengan suara hati nurani manusia. Prinsip kepemimpinan yang baik adalah mengarahkan orang kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan. Metode ilmiah demikian ini adalah yang terbaik yang pernah ada di muka bumi, yang mampu memberikan kemerdekaan berpikir dan tidak menentang kehendak hati nurani yang bebas, tidak ada unsur pemaksaan yang menekan perasaan.

Penutup

John Stuart Mill seorang penulis terkenal berkebangsaan Inggris mengatakan, “kebenaran yang berasal dari intuisi (bisikan kalbu) merupakan kebenaran yang dijadikan acuan bagi semua kebenaran lain.” Mereka yang disebut sebagai para figur manusia sukses, para pahlawan besar, para ilmuwan besar, para maestro, para nabi, para world-class achiever yang mencetak prestasi-prestasi unggul pada umumnya orang-orang hebat yang kita kenang adalah mereka yang paling berkenan di hati kita. Mungkin mereka adalah orang-orang jenius yang kreatif dan intuitif. Atau mereka yang mempunyai kesungguhan hati dan keberanian.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki kejujuran emosi (hati) dan tidak mau hidup dalam kepura-puraan. Mereka mempunyai kemauan untuk memperbaharui keadaan, mempertanyakan aturan-aturan yang membedakan golongan, untuk mengulurkan kasih sayang, atau untuk mengucapkan kata-kata ramah. Mereka mempunyai standar sendiri dalam hal integritas dan terus mencari makna-makna hidup yang lebih dalam. (wallahu’alam Bishowaf)