Jumat, 29 Oktober 2010

Meyoal Fungsi dan Peran Pemuda : Refleksi Sumpah Pemuda 2010


Oleh : Achmad Rozi El Eroy

(tulisan ini pernah dimuat dalam Harian Banten Raya Post, 27/10/2010)



Tanggal 28 Oktober, selalu menjadi momentum yang sangat heroic bagi pemuda, 28 oktober kerap dijadikan momentum untuk merefleksikan fungsi dan peran pemuda dalam kontek kekinian yang semakin kompleks, meminjam istilah Asri Anas (2008), momentum hari Sumpah Pemuda, yang dimaknai pula sebagai momentum Kebangkitan Nasional, memberi pesan kuat kepada kita, bahwa sesungguhnya pemuda adalah pilar kebangkitan dan kemajuan bangsa. Hal ini tidaklah berlebihan, mengingat cacatan sejarah bangsa yang tidak bisa dilepaskan dari peran pemuda dalam kebangkitannya sebagai bangsa berdaulat.

Hari ini peran pemuda, khususnya di Banten banyak menjadi sorotan dan selalu dipertanyakan eksistensinya, Pemuda Banten sebagimana pemuda lainnya di Indonesia dituntut untuk bisa lebih kontributif terhadap proses pembangunan daerah yang semakin hari semakin menjauh dari harapan dan kehendak masyarakat. Pembangunan daerah yang menjadi amanat dari semangat Otonomi Daerah telah disalahgunakan oleh kepentingan-kepentingan elit yang lebih berorientasi pada kekuasaaan pragmatis.

Kita mengenal slogan “Pemuda harapan bangsa” atau “Maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada pemudanya”. Mahasiswa adalah bagian pemuda yang selalu ditunggu perannya dalam pembangunan. Apa sajakah peran itu? Kita telah memaklumi bersama bahwasannya mahasiswa termasuk kalangan elit. Hanya segelintir saja dari jutaan orang pemuda di Indonesia, yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Tak semua memiliki kesempatan masuk ke dalam kelas ini. Terlebih realita yang ada saat ini manakala biaya kuliah semakin mahal. Makin sedikit pula yang dapat merasakan hidup di dunia perguruan tinggi. Dan yang sedikit itulah, yang memiliki potensi strategis sebagai iron stock para leader di negeri kita ini.


Reorientasi Gerakan Pemuda

Gerakan pemuda sebagai gerakan civil society, akan terus menempatkan pemuda pada posisi pelatuk sekaligus pengawal perubahan. Semangat inilah semestinya terus terjaga dalam setiap gerakan kepemudaan. Indefendensi sebagai pilihan semangat gerakan pemuda dan kemandirian sebagai jiwanya, tidak boleh luntur dalam diri setiap gerakan pemuda.
Pemuda jika didefinisikan sebagai masyarakat (social human) yang memiliki kesadaran organik dan senantiasa bergerak dalam kerangka kelembagaan, pada era desentralisasi ini, semestinya pemuda dapat menginternalisasi kembali efektifitas gerakannya. Sebagai jawaban atas peran apa yang semestinya diambil oleh pemuda dalam mengisi pembangunan daerah, pemuda perlu mereposisi dan mengorientasikan kembali secara jelas gerakannya.

Posisi pemuda yang sangat strategis dalam pembangunan daerah, lebih jauh harus diturunkan dalam bentuk lebih nyata. Seperti sifat, “primordialnya” (lahiriahnya) pemuda yang pada puncak mobilitas gerakan paling tinggi, sangat berpeluang mengisi peran perekat antar wilayah. Peran mengintegrasikan elemen masyarakat daerah dalam pembangunan juga menjadi pilihan yang seharusnya mampu dilakukan dengan baik. Pola gerakan yang memadukan antara mobilisasi kepentingan masyarakat kedalam kebijakan pembangunan daerah (pendampingan) politik masyarakat lokal, dan Kontrol sekaligus peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah, tidak mustahil untuk menjadi pilihan gerakan pemuda pada tingkat lokalitas.


Pemuda BAnten dan Agenda Pembangunan Daerah

Sejalan dengan semangat desentralisasi, dengan pelimpahan kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada pemerintah daerah, membuka kesempatan bagi setiap masyarakat mengisi pembangunan daerah. Pemuda sebagai elemen penting masyarakat dalam pembangunan daerah, sudah sepatutnya memaknai dan mewarnai setiap kebijakan pembangunan daerah. Disinilah pentingnya pemuda memposisikan diri dan mengambil peran-peran strategis dalam pembangunan daerah saat ini.

Meminjam istilah Asri Asas (2008), pemuda acapkali dalam posisi sebagai pelopor pembaharuan, pelatuk perubahan sekaligus pengawal perubahan. Semangat perubahan yang menjiwai semangat desentralisasi mestinya menemukan titik yang sama dengan peran yang telah melekat dalam diri pemuda. Menterjemahkan peran-peran strategis yang memberi konstribusi bagi percepatan pembangunan daerah menjadi pilihan yang tidak boleh berlalu tanpa pemaknaan dari pemuda. Persoalan kemiskinan, pengangguran dan sempitnya lahan pekerjaan merupakan beragam agenda yang harus di selesaikan oleh pemuda. Tidak sebaliknya mengantungkan diri pada kekuasaan dan mendompleng pada APBD atau Lobi-lobi politik tingkat tinggi untuk kepentingan segelintir elit Pemuda. Sudah saatnya pemuda tidak lagi hanya dalam posisi berpangku tangan atau menunggu inisiasi dari pemerintah daerah untuk bersama-sama berperan mengisi pembangunan daerah. Menginisiasi dan mendorong konsep pembangunan daerah dalam era desentralisasi ini, sangat terbuka bagi pemuda. Pemuda yang mampu membaca tanda-tanda zamannya, seyogyanya telah berada pada pilihan penguatan kelembagaan lokal, guna mendorong kesadaran semua elemen masyarakat tuk terlibat aktif mendorong percepatan pembangunan daerah.

Akhirnya, momentum Sumpah pemuda yang saat ini kita hadapi seharusnya dijadikan refleksi dan intropeksi pemuda dalam mempertegas fungsi dan perannya dalam proses pembangunan di daerah, khususnya di Banten. Kreatifitas yang didukung oleh independensi sebagai cirri pemuda harus di aktualisasikan pada tataran yang lebih operasional, tidak cukup berwacana dan berpolemik tentang apa yang harus dilakukan. Wallahualam bishowaf.

Penulis adalah; Ketua Umum Pimpinan Pusat Kader Muda Banten (PP-KMB)